Ilmuwan menemukan bahwa airmata emosional manusia mengandung lebih banyak protein daripada airmata biasa (yang melindungi mata).
Percobaan dilakukan pada 24 orang pria dengan mencobakan air garam dan airmata dari 3 relawan wanita. Kedua cairan itu diteteskan hingga mengalir di pipi ketiga wanita itu, untuk mengontrol jika ada aroma lain pada kulit atau keringat mereka.
Tak satupun pria yang bisa membedakan antara kedua sampel tersebut. Kemudian mereka ditunjukkan foto-foto wajah wanita dan disuruh menilai apakah merasakan kesedihan atau ketertarikan seksual.
Hasilnya, meski tidak ada yang merasa 'lebih sedih', tetapi kadar testoseron mereka menurun.
Eksperimen kedua adalah dengan membuat 50 relawan pria menonton video klip yang membuat depresi.
Lagi, percobaan ini tidak membuat para pria menjadi lebih sedih tetapi menurunkan peningkatan seksual mereka.
Sebagai eksperimen terakhir, mereka mengulang eksperimen mencium airmata kepada 16 pria yang disituasikan didalam sebuah mesin pengimaji resonansi magnetik (fMRI). Mesin itu menunjukkan pola-pola darah mengalir di otak, yang menjelaskan aktivitas otak.
Maka cukup dapat dipastikan, airmata yang mereka cium menurunkan aktivitas di area yang dikenal berperan dalam peningkatan seksual. Area itu termasuk hypothalamus, sebuah struktur sebesar kacang almond diatas batang otak, gyrus kiri, yang terletak di permukaan sisi kiri otak.
"Airmata mengandung protein yang juga terdapat di bawah lengan (ketiak)," kata Charles Wysocki, seorang psikobiologis di Monell Chemical Sense Center di Philadelphia. "Di bawah lengan mereka mengikat zat-zat kimia yang kami suda terlibat dengan komunikasi kimiawi, jadi cukup mungkin bahwa protein-protein ini yang ditemukan dalam airmata bekerja dengan cara yang serupa."
No comments:
Post a Comment