.:[Double Click To][Close]:.

Monday, July 12, 2010

ADD/ADHD

ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) adalah permasalahan mental yang diderita 3-5% anak di Amerika (American Psychiatric Association, 1994). Ini merupakan gangguan mental seumur hidup, dengan permasalahan yang terus berlanjut hingga mencapai usia remaja dan dewasa. Dari seluruh anak yang didagnosis menderita ADHD, 70-80% di antaranya akan terus mengalami hal-hal yang sesuai dengan kriteria gangguan tersebut kala mencapai usia remaja, dan 50-70% diantaranya hingga usia dewasa. Karena gangguan yang berlangsung seumur hidup ini, maka penanganan yang diberikan juga hendaknya seumur hidup.

Tidak semua ADHD itu sama. Ada tiga jenis ADHD yang berbeda menurut DSM-IV (Diagnoatic and Stational Manual of Mental Disorders). Yang pertama adalah ADHD yang didominasi sikap masa bodoh; yang kedua adalah ADHD yang didominasi oleh sikap hiperaktif, sedangkan yang ketiga adalah ADHD campuran. Selain itu, masih ada ADHD jenis keempat yang belum teridentifikasi.

Masalah Sosial

Anak penderita ADHD mengalami banyak sekali masalah dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Pelham dan Milich (1984), mereka paling jarang dipilih oleh rekan sebayanya sebagai sahabat karib, rekan dalam berbagai aktivitas atau teman sebangku. Laporan para guru menyatakan bahwa anak-anak ini sering terlibat pekelahian, senang menyela, serta tak disukai atau ditolak oleh teman-temannya.

Pengobatan Psikofarmakologis

Hampir 80% anak penderita ADHD ditangani dengan terapi obat-obatan. Selain itu, anak dengan gangguan perilaku komplikasi menerima pengobatan lebih banyak daripada anak yang hanya menderita ADHD saja.

Pada beberapa studi yang telah dilakukan, obat stimulan yang diberikan dua kali sehari, tiap pagi dan petang, memberikan hasil yang optimal. Pemberian obat ini memberikan efek positif pada perilaku selama di sekolah, tetapi laporan dari pihak orangtua memperlihatkan bahwa gejala-gejalanya masih terjadi saat sang anak berada di rumah kembali. Sebagai tambahan, timbul efek samping yang akut, tetapi pada kasus lainnya efek samping itu tidak muncul saat pemberian obat-obatan. Salah satu penyebabnya adalah kiurangnya kepatuhan terhadap proogram pengobatan. Dalam studi yang dilakukan selama 4 bulan, 10% oasien mengundurkan diri karena efek samping yang diderita (Schachar, Tannock, Cuningham &Corkum, 1997).

ADD Pada Orang Dewasa

Perawatan bagi orang yang mengalami gangguan berkonsentrasi (ADD = Attention Deficit Disorder) cenderung ditunjukkan pada penderita anak-anak. Banyak penderita ADD dewasa yang tidak ditangani.

Orang dewasa penderita ADD menyadari bahwa penderitaan mereka itu sudah dialami sejak masa kanak-kanak. Setelah mencermati daftar gejala-gejala ADD dengan seksama, penderita dewasa akan menemukan adanya kesamaan perilaku ketika mereka masih kanak-kanak dan setelah dewasa.

Penanganan terhadapa gangguan berkonsentrasi ini pada dasarnya sama antara anak-anak dan dewasa. Penderita ADD dewasa umumnya mengalami masalah ketika mereka harus duduk beberapa saat guna mengerjakan tugas mereka, dimana hal ini juga terjadi pada anak-anak. Orang dewasa penderita ADD mengalami masalah dalam menjalin hubungan dan mengendalikan suasana hati mereka, yang mana hal ini juga dialami penderita ADD dan ADHD anak-anak.

Perbedaan utama antara penderita ADD anak-anak dan dewasa adalah penderita dewasa lebih pintar dalam meneladani sesuatu yang berguna untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik.

Tes Gejala ADD Bagi Orang Dewasa

Jika Anda mengalami lebih dari 10 hal berikut ini, maka Anda kemungkinan adalah penderita ADD.
  1. Merasa gelisah
  2. Biasa melakukan sesuatu berdasarkan dorongan hati.
  3. Sering merasa bingung selama melakukan hubungan seks.
  4. Sering lupa meletakkan kunci, dompet, atau benda keperluan sehari-hari lainnya.
  5. Sulit memerhatikan sesuatu secara terperinci.
  6. Mempunyai sejarah keluarga yang menderita ADD, kesulitan belajar, dan lain sebagainya.
  7. Masalah dalam mengikuti serangkaian perintah yang diberikan.
  8. Suatu  sikap "ikuti petunjuk bila yang lainnya gagal".
  9. Sering berpindah-pindah tempat kerja.
  10. Kesulitan dalam mengatur pekerjaan kantor dan rumah.
  11. Selalu terlambat atau terburu-buru.
  12. Selalu kewalahan oleh tugas-tugas sehari-hari.
  13. Tidak memiliki kemampuan mengatur keuangan dengan baik dan selalu terlambat membayar tagihan.
  14. Selalu menunda.
  15. Tidak efektif dalam memanfaatkan waktu kerja.
  16. Memilki hasil kerja yang tidak konsisten.
  17. Rasa rendah diri karena merasa gagal mencapai segala sesuatu.
  18. Perubahan perasaan yang sangat cepat.
  19. Kesulitan dalam menjalin hubungan persahabatan yang erat.
  20. Terdorong untuk mencari kegiatan yang menantang
  21. Cenderung marah secara berlebihan (bagi orang normal)
  22. Salah mengucapkan angka, huruf, dan kata.
  23. Cenderung unruk beragumentasi.
  24. Kecanduan makanan, alkohol, obat-obatan terlarang atau berjudi.
  25. Cenderung merasa khawatir tanpa sebab serta berlangsung terus-menerus.
  26. Terlalu cepat menanggapi hal-hal kecil baik nyata maupun tidak nyata.

Dokter biasanya memberikan obat antidepresan, seperti Prozac, bagi orang dewasa penderita ADD, karena masalah depresi atau tekanan jiwa sering menyertai orang dewasa penderita ADD. Dokter biasanya berganti pada obat stimulan, seperti Adderall, Concerta, Ritalin, atau Strattera bila antidepresannya gagal membuahkan hasil.

Obat stimulan ini tidak direkomendasikan bagi mereka yang menderita kecanduan narkoba atau alkohol, karena obat-obatan jenis ini memiliki potensi menimbulkan kecanduan.

Kesimpulan

Penderita ADHD merupakan orang-orang aneh dan eksentrik dengan tingkah laku yang tampak tidak wajar atau mudah meledak amarahnya. Mereka mungkin menjadi korban dari gangguankejiwaan yang tidak hanya terjadi pada anak-anak saja (Coming, 1992).

Jackson dan Ferrugia (1997) meyakini bahwa pendangan negatif terhadap dunia ini berasal dari penderita ADHD yang:

"Merasa bahwa tak seorang pun memahami betapa susahnya mereka bekerja secara teratur, hidup secara terorganisasi, membina hubungan persahabatan dan menentukan tujuan mereka sendiri. Mereka makin patah semangat bila orang di sekitar mereka memberikan nasihat mengenai apa yang "seharusnya" mereka lakukan dan seperti apa "seharusnya" diri mereka."

Hayes (1992) menyatakan: "Orang dewasa yang menderita keterlambatan juga memahami bahwa kesuksesan atau kegagalan mereka lebih dipengaruhi oleh kemampuan bersosialisasi ketimbang pengetahuan akademis mereka."

Orang dewasa penderita ADHD perlu untuk belajar menyelubungi gejala-gejala penyakit itu, setidaknya pada saat-saat tertentu dalam hidup mereka. Mereka terlalu bertumpu pada kemampuan orang lain, seperti kecerdasan yang harus mereka capai, atau berusaha mewujudkan sifat-sifat orang lain seperti perilaku obsesif-kompulsif (Shaugnessy, & Martin, 1998), sebagaimana halnya mengendalikan lingkungan mereka dengan mengurangi atau menambah stimulasi sesuatu kebutuhan. Shaugnessy & Martin juga menunjukkan bahwa mengambangkan kemampuan untuk meneladani hal-hal baik merupakan terapi yang cukup efektif, mengingat sekitar 50% dari mereka dapat menghentikan konsumsi obat-obatan.

ADHD memengaruhi penderitanya seumur hidup mereka, mulai dari rumah, lingkungan akademis hingga kehidupan bermasyarakat yang bisa menimbulkan masalah bagi orang lain dan diri sendiri. Terlepas apakah itu merupakan suatu julukan semata atau hasil diagnosis medis, kita memiliki kemampuan untuk menangani kondisi ini baik melalui pengobatan dan terapi kejiwaan aktif baik secara pribadi, persilangan, serta kelompok.

Jika orangtua mencurigai adanya gangguan ADHD pada anak-anak mereka, maka yang harus dilakukan adalah:

  • Berkonsultasilah dengan ahli jiwa, psikolog, ahli saraf anak, atau dokter spesialis anak-anak langganan Anda guna meminta saran terbaik mereka.
  • Bersabarlah ketika anak Anda didiagnosa mengidap gangguan ini, dan yakinilah bahwa diperlukan waktu yang cukup lama untuk memperoleh kemajuan bagi si penderita.
  • Yakinilah jika anak Anda masih memiliki kelebihan. Dukunglah kekuatan, kemampuan, serta buktikan perasaan dalam diri mereka bahwa mereka berharga bagi Anda, keluarga, dan lingkungan sekitar.
  • Ingatlah dalam beberapa kasus, rasa gagal, frustasi, rendah diri, dan tekanan kejiwaan yang biasa dialami penderita, menimbulkan masalah yang lebih berat dibandingkan kelainan atau gangguan itu sendiri.
  • apatkan informasi lebih akurat yang berkaitan dengan gangguan ini dari perustakaan, internet atau sumber-sumber lainnya.
  • Bicaralah atau bertukar pikiran dengan keluarga lain yang memiliki anak penderita ADHD juga.
  • Berjumpa dan bergabunglah dengan organisasi atau perkumpulan yang anggotanya terdiri dari leuarga yang punya masalah yang sama.
Perlu diperhatikan, jika perawatan ini tidak mampu lagi mengatasi gejala-gejala yang diderita, maka metode terapi gabungan antara penggunaan obat dan perubahan perilaku kemungkinan besar akan mampu memberikan hasil baik bagi anak pendertia ADHD.

No comments:

Post a Comment